APA ITU KA'BAH?
Ka'bah adalah sebuah bangunan di tengah-tengah masjid paling suci dalam agama Islam, Masjidil Haram, di Mekkah, Hijaz, Arab Saudi.
Tempat ini adalah tempat yang paling disucikan dalam agama Islam.
Ka'bah dianggap "Rumah Allah" dan mirip selayaknya Tabernakel dan Tempat Mahakudus dalam keyakinan Yudaisme.
Muslim dari seluruh dunia menghadapkan Ka'bah sebagai titik ketika melaksanakan shalat (sembahyang).
Perintah salat menghadap ke Ka'bah dikenal dengan nama kiblat.
Bangunan suci di sekitar Ka'bah dikenal sebagai Masjid al-Haram (masjid suci).
PENAMAAN
Bangunan Ka'bah beberapa kali disebutkan dalam Alquran dan Hadits, seperti Bait (Rumah), Bait ul Haram (Rumah Suci), Bait Ullah (Rumah Allah), Bait al-Ateeq (Rumah Tua), dan Awal ul Bait (Rumah pertama) .
Kata bahasa Arab Bait juga disamakan dalam bahasa Ibrani Bait, juga berarti "Rumah".
Kata Ibrani "Beit" berarti "Rumah-", dalam penggunaannya seperti Beit HaMikdash (Rumah suci) dan Beit El/Bethel (Rumah Tuhan).
Kata bahasa Arab Ka'bah berarti persegi atau kubus.
Alquran juga menyebut Bait al-Ma'mur,[Qur'an At-Tur:4] Rumah Allah di Surga dan Ka'bah dibawahnya, disebut dalam Hadits para Malaikat melakukan Tawaf dan Salat.
SEJARAH
Dalam sejarahnya, Ka'bah merupakan bangunan yang sangat penting dan sangat dihormati oleh masyarakat Mekkah dan mereka yang tinggal di sekitarnya.
Sebelum Islam datang, Ka'bah menjadi pusat peribadatan, ekonomi, sosial, budaya, dan seni masyarakat Mekkah dan sekitarnya.
Sementara setelah Islam datang, Ka'bah menjadi 'titik temu' seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Mereka berbondong-bondong datang ke Mekkah untuk menunaikan rukun Islam kelima, haji.
Di samping ibadah umroh.
Sama seperti rumah pada umumnya, Ka'bah juga memiliki pintu, kunci dan gembok, talang, dinding, dan lainnya. Setiap saat Ka'bah ditutup dan tidak terkunci.
Tidak sembarang orang bisa masuk Ka'bah.
Karena hanya orang-orang tertentu sajalah -yang diijinkan Raja Arab Saudi sebagai Pelayan Mekkah-Madinah- yang diijinkan masuk ke Ka'bah.
Pada masa Nabi Muhammad berusia 30 tahun (sekitar 600 M dan belum diangkat menjadi rasul pada saat itu), bangunan ini diselamatkan kembali akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu.
Sempat terjadi tabrakan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad pada salah satu sudut Ka'bah, namun berkat penyelesaian Muhammad berlian itu berhasil terselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.
Pada menjelang menjelang Muhammad diangkat menjadi nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Ka'bah yang semula rumah ibadah agama tauhid (tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab.
Di dalamnya terletak sekitar 360 berhala/patung yang merupakan pergantian tuhan-tuhan politeisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahiliyah).
Padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surah Al-Ikhlas dalam Al-Qur'an).
Ka'bah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politeisme ketika Nabi Muhammad memerdekakan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan menjadi rumah ibadah agama tauhid (Islam).
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Syaibah sebagai pemegang kunci Ka'bah dan administrasi serta pelayanan haji yang diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah , Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.

KUNCI KA'BAH
selama lebih dari 16 abad -bahkan sebelum Islam datang, anak cucu Qusai bin Kilab bin Murah merupakan orang yang ditugaskan untuk merawat Ka'bah, termasuk yang menyimpan kuncinya.
Memang, pada saat itu Qusai menduduki jabatan al-Sadanah, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas pakaian dan kunci Ka'bah. Qusai menyerahkan kunci Ka'bah kepada anak pertamanya, Abdu al-Dar. Lalu, Abdul al-Dar menyerahkan kunci Ka'bah kepada anak pertamanya.
Dan begitu pun cucu-cucunya, selalu menyerahkan kunci Ka'bah kepada anak pertamanya.
Pada zaman Rasulullah, yang bertugas merawat Ka'bah dan memegang kuncinya adalah Utsman bin Thalhah. Pada saat peristiwa Penaklukkan Mekkah (Fathu Makkah), kunci Ka'bah diambil paksa Ali bin Abi Thalib dari tangan Utsman bin Talhah untuk membuka Ka'bah. Segera pada saat itu, Abbas bin Abdul Muthalib meminta kepada Rasulullah agar kunci Ka'bah dijaga keluarganya.
Namun, Rasulullah tidak mengabulkannya. Bahkan Rasulullah mengembalikan kunci itu kepada Utsman bin Thalhah. Hal ini dilakukan Rasulullah setelah menerima wahyu surat an-Nisa ayat 58.
Lalu, Utsman bin Thalhah mewariskan kunci Ka'bah itu kepada saudaranya, Syaibah. Hingga hari ini, kunci Ka'bah dipegang oleh cucu keturunan Bani Syaibah.
Dalam sebuah video yang beredar, seorang Syekh Bani Syaibah, Saleh Syaibah, menampilkan kunci Ka'bah dan pintu Taubat. Anak cucu keturunan Bani Syaibah bertanggung jawab untuk merawat Ka'bah, termasuk membuka dan menutupnya, membersihkan dan mencucinya, serta merawat Kiswah atau kelongsongnya.
Perlu diketahui bahwa bagian dalam Ka'bah dicuci dua kali dalam satu tahun dengan menggunakan air zamzam dan air mawar.
Biasanya prosesi itu dilakukan pada bulan Sya'ban dan Muharam.
Sementara itu, kunci Ka'bah terbuat dari nikel dan memiliki panjang 35 cm. Kunci tersebut dilapisi dengan emas 18 karat. Kunci itu juga sudah mengalami beberapa perubahan dan terakhir pada November 2013.
Di Turki, ada sebuah museum yang menyimpan 48 kunci –dengan bentuk yang berbeda-beda- Ka'bah sejak era pemerintahan kekuasaan Turki Usmani. Sementara di Arab Saudi ada dua replika kunci yang terbuat dari emas murni.
Merujuk buku Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, dulu Suku Quraisy membagi tiga jabatan untuk memperbaiki pengelolaan kota Mekkah.
Pertama, al-Sadanah.
Jabatan ini bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan menjaga kunci Ka'bah.
Qusai bin Kilab adalah orang yang ditugaskan untuk mengisi pos ini.
Kedua, al-Siqayah.
Posisi yang terbentang menyiapkan udara dan kebutuhan pokok lainnya untuk mereka yang berziarah ke Ka'bah.
Terakhir, al-Rafadah.
Mereka bertugas untuk menyediakan akomodasi dan konsumsi bagi para jamaah yang datang ke Ka'bah.
PENENTUAN ARAH KIBLAT
Untuk menentukan arah kiblat dengan cukup presisi dapat dilakukan dengan Merujuk pada kordinat Bujur / Lintang dari lokasi Ka'bah di Mekkah terhadap masing-masing titik orientasi lokasi dengan menggunakan perangkat GPS.
Untuk kebutuhan tersebut dapat digunakan hasil pengukuran kordinat Ka'bah berikut sebagai referensi penentuan arah kiblat.
Lokasi Ka'bah adalah 21°25'21.2" Lintang Utara, 039°49'34.1" Bujur Timur, dan ketinggian 304 meter dpl
Adapun cara sederhana dapat pula dilakukan untuk melakukan penyesuaian arah kiblat.
Pada saat-saat tertentu dua kali satu tahun, Matahari tepat berada di atas Mekkah (Ka'bah).
Sehingga jika pengamat pada saat tersebut melihat ke Matahari, dan menarik garis lurus dari Matahari memotong ufuk/horizon tegak lurus, pengamat akan mendapatkan posisi tepat arah kiblat tanpa harus melakukan perhitungan sama sekali, asal pengamat tahu kapan tepatnya Matahari berada di atas Mekkah.
Tiap tahun, Matahari berada pada posisi tepat di atas Mekkah pada tanggal 28 Mei pukul 16.18 WIB dan tanggal 16 Juli pukul 16.27 WIB.
Penentuan arah kiblat dengan cara melihat langsung posisi Matahari seperti yang disebutkan di atas (pada tanggal-tanggal tertentu yang disebutkan di atas), tidaklah bisa dilakukan di semua tempat.
Alasannya karena bentuk bumi yang bulat.
Tempat-tempat yang bisa menggunakan cara di atas untuk penentuan arah kiblat adalah tempat-tempat yang terpisah dengan Mekkah kurang dari 90º.
Pada tempat-tempat yang terpisah dari Mekkah lebih dari 90º, saat Matahari tepat berada di Mekkah, Matahari (dilihat dari tempat tersebut) telah berada di bawah Cakrawala.
Misalnya untuk posisi pengamat di Bandung, saat Matahari tepat di atas Mekkah (tengah hari), dilihat dari Bandung, posisi Matahari sudah cukup rendah, kira-kira 18º di atas cakrawala.
Sedangkan bagi daerah-daerah di Indonesia Timur, saat itu Matahari telah terbenam, sehingga praktis momen itu tidak bisa digunakan di sana.
Bagi tempat-tempat yang saat Matahari tepat berada di atas Ka'bah, Matahari telah berada di bawah ufuk/horizon, bisa menunggu 6 bulan kemudian.
Pada tiap tanggal 28 November 21.09 UT (29 November 04.09 WIB) dan 16 Januari 21.29 UT (17 Januari 04.29 WIB), Matahari tepat berada di bawah Ka'bah.
Artinya, pada saat tersebut, jika pengamat tepat menghadap ke arah Matahari, pengamat tepat membelakangi arah kiblat.
Jika pengamat memancangkan tongkat tegak lurus, maka arah jatuh bayangan tepat ke arah kiblat.
DOA MELIHAT KA'BAH
Dikutip dari laman NU Online, Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Idhah fi Manasikil Hajj pada Hasyiyah Ibni Hajar alal Idhah, memperingatkan siapa pun yang melihat Ka'bah untuk memulaikan doa.
Berikut doa ketika melihat Ka'bah di Masjidil Haram, dari awal sampai akhir lengkap dengan tulisan Arab, latin, dan artinya.
اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيفًا dan َابَةً، وَزِدْ مَنْ شَرّفَهُ وَكَرّمَهُ حَجَّهُ أَوِاعْتَمَرَه ُ تَشْرِيفًا dan وَتَكْرِيمًا dan
Allahumma zid hadzal bayta tasyrifan wa ta'zhiman wa takriman wa mahabatan, wa zid man syarrafahu wa karramahu min man hajjahu aw i'tamarahu tasyrifan wa takriman wa ta'zhiman wa birran.
Artinya: "Ya Allah, tambahkan kemuliaan, keagungan, kehormatan, dan kehebatan pada Baitullah ini. Tambahkan juga kemuliaan, kehormatan, keagungan, dan kebaikan untuk orang-orang berhaji atau berumroh yang memuliakan dan menghormati Ka'bah."
Setelah itu, lanjutkan membaca doa berikut.
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، فَحَيِّنَا رَبَّنَا ب ِالسَّلَامِ.
Allahumma antas salam, wa minkas salam, fa hayyina rabbana bis salam.
Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah keselamatan. Dari-Mu keselamatan berasal. Wahai Tuhan kami, berikan kehormatan pada kami melalui keselamatan."
Setelah membaca doa di atas, Muslim dianjurkan untuk memperbanyak bacaan istighfar untuk memohon ampunan Allah SWT.
Adab Saat Melihat Ka'bah
Selain membaca doa, dalam buku Fiqih Sunnah Jilid 3 (2015) karya Sayyid Sabiq dijelaskan beberapa adab yang sebaiknya dipatuhi jemaah saat melihat Ka'bah.
1. biasanya membaca doa melihat Ka'bah sambil mengangkat kedua tangan dan memohon nikmat Allah SWT.
2. Mendekati Hajar Aswad dan menciumnya tanpa bersuara atau menyentuhnya dengan tangan kanan.
3. Apabila tidak mampu menunjuk tangan dari jauh ke arah Hajar Aswad sambil memberi isyarat bahwa Anda tidak mampu menyentuhnya.
4. menyediakan memperbanyak doa dan berzikir.
5. Tetap menggunakan alas kaki.
6. Mengelilingi Ka'bah atau thawaf.
Comments
Post a Comment